Model Software Development Life Cycle (SDLC): Prototype Model

Model Prototype merupakan salah satu model dalam pengembangan perangkat lunak.  Menurut para ahli, model prototype adalah “Suatu proses yang memungkinkan developer membuat sebuah model software, metode ini baik digunakan apabila client tidak bisa memberikan informasi yang maksimal mengenai kebutuhan yang diinginkannya” (Yurindra (2017:47)). Sedangkan Sukamto & Shalahuddin (2015:33) mengemukakan bahwa, “Model prototype cocok digunakan untuk menggali spesifikasi kebutuhan pelanggan secara lebih detail tetapi beresiko tinggi terhadap membengkaknya biaya dan waktu proyek”. Sehingga kesimpulannya model ini memanfaatkan interaksi antara developer dengan client dari awal hingga menghasilkan software yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan client.

 

Alur model prototype menurut Sukamto & Shalahuddin (2015:33), yaitu:

Sumber Gambar: Sukamto & Shalahuddin (2015:33)



 

1. Mendengarkan Pelanggan 

Pengembang program dan objek penelitian bertemu dan menentukan tujuan umum dan kebutuhan dasar. Detail kebutuhan mungkin pada awal pengumpulan kebutuhan.

2. Membangun atau Memperbaiki Mock-Up

Perancangan sistem dapat dikerjaan apabila data-data yang berkaitan telah dikumpulkan selama pengumpulan kebutuhan. Rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype. Pembuatan prototype ini merupakan tahapan perealisasian rancangan prototype menggunakan bahasa pemrograman.

3. Pelanggan Melihat dan Menguji Mock-Up 

Objek penelitian mengevaluasi prototype yang dibuat dan dipergunakan untuk memperjelas kebutuhan software.

Alur tersebut terus diulang hingga tercapainya kesepakatan antara developer dan client mengenai bentuk software yang dibuat.

 

Kelebihan model prototype dalam pengembangan sistem:

  1. Dapat menjalin komunikasi yang baik antar user dan pengembang sistem
  2. Setiap perbaikan yang dilakukan pada prototype merupakan hasil masukan dari user yang akan menggunakan sistem tersebut, sehingga lebih reliabel
  3. User akan memberikan masukan terhadap sistem sesuai dengan kemauannya
  4. Menghemat waktu dalam mengembangkan sebuah sistem
  5. Menghemat biaya, terutama pada bagian analisa, karena hanya mencatat poin – point penting saja
  6. Cocok digunakan pada sebuah sistem kecil, yang digunakan pada ruang lingkup tertentu, seperti sistem di dalam sebuah kantor
  7. Penerapan dari sistem yang menjadi lebih mudah untuk dilakukan.


Kelebihan model prototype dalam pengembangan sistem:

  1. Untuk menghemat waktu, biasanya pengembang hanya menggunakan bahasa pemrograman sederhana, yang mungkin rentan dari segi keamanannya
  2. Tidak cocok untuk diimplementasikan pada sebuah sistem yang sangat besar dan global, seperti sistem operasi komputer.


Sumber:

S.Kom, D. (2015). 9 Kelebihan dan Kekurangan Metode Prototyping dalam Pengembangan Sistem. Retrieved Oktober 9, 2020, from https://dosenit.com/kuliah-it/teknologi-informasi/kelebihan-dan-kekurangan-metode-prototyping

Sukamto, R. A. (2015). Kolaborasi Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.

Yurindra. (2017). Software Engineering. Yogyakarta: Deeppublis.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Teori Graf) Mencari Pohon Merentang Minimum dengan Algoritma Kruskal dalam Bahasa C++

Software dan Hardware TI Forensik (Fitur dan Kelebihan) & Anti Forensik